Temanggung, temanggung-news.id - Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan program kerja bertajuk “Pembuatan alat Feromon Trap untuk mengurangi populasi serangga yang merugikan dalam pertanian” di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.
Acara ini berlangsung pada Jum'at (26/07/24) yang bertujuan untuk pelatihan pembuatan alat pembasmi hama yang merugikan tanaman. Bersama-sama dengan masyarakat setempat, mereka berhasil merancang dan membuat alat perangkap hama yang diberi nama Feromon Trap. Alat ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan klasik para petani, yakni serangan lalat buah yang kerap menyebabkan gagal panen.
Lalat buah merupakan salah satu hama yang paling merusak bagi tanaman buah-buahan khususnya cabai. Serangan hama ini dapat menyebabkan buah busuk sebelum waktunya dan bahkan jatuh sebelum sempat dipanen. Hal ini tentu saja sangat merugikan para petani, mengingat buah-buahan merupakan sumber pendapatan utama mereka.
"Kami melihat potensi besar dari Desa Ngadimulyo sebagai daerah penghasil tanaman Cabai. Namun, produktivitas petani seringkali terhambat oleh serangan hama lalat buah. Untuk itu, kami mencoba mencari solusi yang tepat dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pembuatannya," ujar Naufal Khaitami, mahasiswa Undip yang memimpin TIM KKN ini.
Feromon Trap yang dibuat oleh mahasiswa KKN Undip ini bekerja dengan memanfaatkan feromon sintetis yang dapat menarik lalat buah jantan. Lalat jantan yang terjebak dalam perangkap ini kemudian akan mati, sehingga populasi lalat buah dapat terkendali.
"Prinsip kerjanya sederhana, namun sangat efektif. Feromon yang kami gunakan sangat spesifik, sehingga hanya lalat buah jantan yang akan tertarik. Dengan begitu, populasi lalat buah dapat ditekan secara signifikan," jelas Teuku Muhammad Irsyad yang bertanggung jawab dalam pembuatan feromon trap.
Proses pembuatan Feromon Trap melibatkan seluruh lapisan masyarakat Ngadimulyo. Mulai dari perencanaan, pengumpulan bahan, hingga pemasangan perangkap di kebun-kebun petani, semuanya dilakukan secara gotong royong. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan pertanian yang mereka hadapi.
"Kami sangat antusias dengan adanya inovasi ini. Selama ini, kami kesulitan mengatasi serangan lalat buah. Dengan adanya Feromon Trap, kami berharap hasil panen kami bisa lebih meningkat," ungkap Pak Soleh, salah satu peserta pelatihan pembuatan Feromon Trap.
Selain membuat Feromon Trap, mahasiswa KKN Undip juga memberikan pelatihan kepada para petani tentang cara menggunakan dan merawat perangkap tersebut. Harapannya, pengetahuan yang diperoleh para petani dapat menjadi modal bagi mereka untuk terus mengembangkan pertanian yang berkelanjutan.
Keberhasilan mahasiswa KKN Undip dalam menciptakan Feromon Trap menjadi bukti bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi yang nyata bagi permasalahan di masyarakat. Inovasi ini tidak hanya memberikan manfaat bagi petani di Ngadimulyo, tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain yang memiliki permasalahan serupa.
Posting Komentar