Hari Santri adalah hari untuk memperingati peran besar kaum kiai dan santri dalam perjuangan melawan penjajahan bangsa asing, bertepatan dengan resolusi jihad KH Hasyim pada tanggal 22 Oktober. Itu yang menjadi alasan kenapa Hari Santri Nasional ditetapkan pada tanggal 22 Oktober, setelah sebelumnya Presiden Jokowi berpendapat pada tanggal 1 Muharram.
Sejarah mencatat, para santri bersama dengan pejuang bangsa lainnya memiliki peran besar dalam merebut kembali kedaulatan negara dari kolonialisme bangsa asing.
Presiden Joko Widodo juga mengamini peran historis kaum santri. Mereka yang ikut berjuang dan memiliki peran dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara lain KH Hasyim Asy’ari pendiri ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah, A Hassan dari Persis, Abdul Rahman dari Matlaul Anwar, Ahmad Soorhati dari Al Irsyad. Belum lagi para perwira atau prajurit Pembela Tanah Air (Peta) yang banyak juga dari kalangan santri.
Refleksi dan ingat kembali pada sejarah adalah sesuatu yang penting. Ingatan sejarah akan memberikan bekal bagi para santri pada zaman modern sekarang ini untuk selalu berbenah, memperbaiki kualitas diri demi kemajuan bangsa Indonesia ke depan.
Pada masa Merdeka seperti ini, bukan perang lagi yang harus dilakukan guna balas budi kepada para pahlawan, melainkan semangat juang dan penggunaan masa yang baik. Begitu halnya dengan bedo’a agar perjuangan para pahlawan diterima disisi tuhan YME.
Sabtu (19/10/24) menjelang peringatan Hari Santri Nasional, MA D-Baito Sunan Plumbon Krajan, Tembarak, Temanggung menggelar Refleksi dan Mujahadah yang diikuti oleh seluruh siswa. Hal ini dilakukan guna mengingat Kembali Sejarah perjuangan pahlawan khususnya para Ulama dan Kyai dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober memiliki arti dan makna yang penting bagi kalangan santri sendiri dan segenap elemen bangsa. Dalam sejarah, peran mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Mereka ikut merebut Indonesia, membangun Indonesia dan mempertahankan NKRI.
Sekarang ini, sejak 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional pada tahun 2015 lalu, hari itu menjadi refleksi bagi golongan santri dan bangsa untuk mengingat kembali sejarah perjuangan kaum pondok pesantren dalam berjuang melawan penjajah.
Kepala Sekolah MA D-Baito, Tri Sadono dalam sambutannya mengemukakan bahwa hari santri perlu dirayakan dengan rasa syukur.
“Kita sebagai umat muslim terkhusus sebagai santri, harus mengedepankan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Apalagi momentum saat ini, kita mujahadah berdo’a Bersama dengan tujuan semoga para pahlawan dan Ulama’ dalam memperjuangkan bangsa Indonesia ini betul-betul dicatat amalnya oleh Allah SWT. Jadi Hari santri besok itu perlu kita rayakan sebagai rasa syukur kita sebagai santri kepada para pahlawan dan Ulama” tutur Tri Sadono.
Kegiatan mujahadah dipimpin oleh Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu Usman Mafrukhin. Dalam acara tersebut juga disampaikan amanat yang membahas tentang peran santri terhadap kemajuan bangsa Indonesia dengan ditayangkannya film yang berjudul “Sang Kyai”. Dalam film yang menceritakan tentang perjuangan Ulama dalam memperjuangkan bangsa Indonesia tersebut, para siswa menontonnya secara terpisah yakni ada ruangan menonton film khusus putra sudah khusus putri.
-ditulis oleh Muhammad Anang Sanusi
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam INISNU Temanggung
Posting Komentar